Jalan Lapangan Nasional Kajen Kab. Pekalongan

SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI
KALAU TAK KENAL MAKA TAK SAYANG

JL. Lapangan Nasional Kajen
Kabupaten Pekalongan


Senin, 27 Juni 2011

MELATIH ANAK LAKI-LAKI MENGELOLA EMOSI


Melatih Anak Laki-laki Mengelola Emosi
Jika sejak belia, anak laki-laki terbiasa mengelola emosinya dengan baik, ia akan tumbuh menjadi pria baik kelak saat dewasa. Pria baik yang kuat, mandiri dan bertanggungjawab tak hanya membanggakan keluarganya, namun juga Anda sebagai orangtuanya. Sebagai orangtua, Anda sukses mencetak laki-laki yang dapat diandalkan di kemudian hari.

"Anak yang bisa mengelola emosinya mampu mengungkapkan perasaannya. Kemampuan ini berawal dari bagaimana pengasuhan orangtuanya. Jika anak Anda sedih dan menangis, lalu Anda melarangnya dan menganggap kesedihannya hal sepele, anak belajar menyembunyikan perasaan," kata psikolog Christine Nicholson, PhD.

Penelitian menunjukkan orangtua cenderung lebih memedulikan bagaimana perasaan anak perempuan daripada anak laki-lakinya. Ketika anak perempuan merasa sedih, orangtua akan bersikap lebih lembut. Sedangkan anak laki-laki dipaksakan untuk selalu kuat meski mereka sedang merasa sedih. Anak laki-laki terbiasa tak boleh sedih. Pengasuhan seperti ini justru membuat anak laki-laki terlatih menyembunyikan perasaannya. Mereka merasa malu jika menunjukkan kesedihan. Pada akhirnya anak laki-laki tak bisa berkomunikasi dengan baik.

Orangtua punya peran dalam mencetak generasi laki-laki kuat tanpa takut menunjukkan perasaannya. Anda, sebagai orangtua, bisa menciptakan sosok laki-laki yang mampu mengelola emosi dengan baik dengan cara:

* Pancing anak bicara
Anak laki-laki Anda juga membutuhkan perhatian dan bisa diajak bicara terbuka seperti Anda berbicara dengan anak perempuan. Pancing anak laki-laki Anda untuk bicara terbuka mengenai perasaannya. Nicholson menyontohkan, saat pulang sekolah, anak laki-laki Anda terlihat sedih. Segera buka pembicaraan dengannya, "Kamu terlihat sedih, ada apa? ada yang Ibu bisa bantu? Sepertinya kok Ibu merasa ada sesuatu yang buruk terjadi di sekolah".

Gunakan cara bicara yang akan membuat Anak terpancing bercerita. Jika anak mulai bicara, berikan dukungan, termasuk menghargai perasaannya saat itu. Berikan komentar yang membuat anak merasa ia didukung oleh orangtuanya. Meski ia sedih dan stres dengan tugas sekolah yang menumpuk, ia tahu bahwa orangtuanya memahami perasaannya dan selalu ada di sampingnya. Jangan memberikan ceramah pada anak, jelas Nicholson.

* Bantu anak mencari solusi
"Anak laki-laki cenderung fokus pada masalah yang dihadapi daripada emosi," kata Dan Kindlon, PhD, dosen di Harvard School of Public Health yang juga penulis buku Raising Cain: Protecting the Emotional Life of Boys.

Tugas orangtua adalah mengajarkan anak laki-laki bahwa perasaan kecewa, sedih, marah, takut adalah wajar dan ajarkan anak laki-laki untuk mengenali dan menerima perasaan tersebut. Anak laki-laki perlu menyadari perasaan tersebut adalah bagian dalam dirinya, yang mungkin saja tak langsung bisa disingkirkannya. Dengan memahami perasaan, anak laki-laki akan mulai menerima dirinya, dan mengenali masalahnya. Dengan begitu ia akan terbantukan untuk mencari solusi dari masalahnya, setelah ia bisa mengatasi emosinya.

KOMPAS.com
Sumber: WomansDay  

CARA BIJAK MENDENGARKAN ANAK


Anak butuh didengarkan. Anak menginginkan perhatian dan sikap menghargai dari orang dewasa ketika ia tengah berbicara. Orang dewasa yang tidak mendengarkan dan menanggapi anak ketika sedang berbicara, maka anak merekam cara orang dewasa ini, dan akibatnya anak menjadi malas berbicara.

Lebih buruk lagi, apabila terus-menerus tidak diperhatikan dan dihargai ketika berbicara, anak akan merasa tidak berharga. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menunjukkan sikap menghargai saat anak berbicara. Menghargai anak yang sedang berbicara dapat dilakukan dengan cara:

* Membungkukkan badan bila perlu berjongkok sehingga lebih dekat dengan anak saat mendengarkan anak berbicara.
* Mengadakan kontak mata dengan anak.
* Tersenyum atau menunjukkan ekspresi wajah yang sesuai dengan perasaan yang disampaikan anak lewat ceritanya.
* Menanggapi dengan nada bicara yang ekspresif dan menunjukkan antusiasme, tidak dengan nada datar.
* Tidak memotong pembicaraan anak, meski mungkin merasa tidak sependapat dengan anak atau menganggap bahwa apa yang dibicarakan anak bukan sesuatu hal yang penting.


Anak sering berbicara tentang hal-hal sederhana yang kurang menarik dan dianggap kurang penting oleh orang dewasa. Selain itu, ia juga kerap menunjukkan reaksi emosional yang berbeda dari orang dewasa, merasa kagum oleh sesuatu yang dianggap biasa oleh orang dewasa. Atau khawatir dan takut terhadap sesuatu yang dianggap tak masuk akal oleh orang dewasa. Umpamanya saja kagum melihat kereta api sehingga terus-menerus bicara tentangnya, atau menceritakan kekhawatirannya kalau-kalau ada monster yang bersembunyi di kolong.

Sekalipun demikian, orangtua tetap perlu menunjukkan penghargaan terhadap apa yang ia pikirkan dan rasakan ketika ia bercerita. Anak yang dihargai orangtua saat ia berbicara, akan mengambil sikap serupa dalam merespons orang lain yang mengajak bicara. Ia akan menjadi pendengar yang baik, yang mampu membuat lawan bicara merasa dihargai. Di samping itu, tentu saja ia akan berkembang menjadi pribadi yang lebih percaya diri dalam berkomunikasi dengan orang lain.( kompas.com )

Jumat, 17 Juni 2011

PENTAS SENI DAN PELEPASAN ANAK DIDIK KELOMPOK B TH PELAJARAN 2010/2011


PELEPASAN ANAK DIDIK KELOMPOK B TH PELAJARAN 2010/2011
DAN PENTAS SENI TK NEGERI PEMBINA KAB. PEKALONGAN
KAJEN, 15 JUNI 2011

Dalam rangka pelepasan anak didik kelompok B TK Negeri Pembina Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011, pada hari Rabu, 15 Juni 2011 mengadakan acara PELEPASAN DAN PENTAS SENI,  dengan mengundang orang tua/ wali murid, UPT Pendidikan Kajen , GOPTKI Kajen dan Tokoh Masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.
Kegiatan tersebut diisi dengan berbagai macam jenis kegiatan , diantaranya : membaca surat-surat pendek ( Al Fatekha, Al Ikhlas,  Annas ), menari, menyanyi, baca syair, bercerita anak.
Tarian yang di tampilkan berjudul :
1.       Tari Bebek
2.       Tari Mentok
3.       Tari Jaranan
4.       Tari Topi
5.       Tari Aku Anak Indonesia

Dari beberapa kegiatan tersebut di atas ada dua jenis kegiatan yang merupakan hasil lomba dalam festival porseni anak TK, diantaranya adalah Tari Aku Anak Indonesia Di tarikan oleh ANANDA  AMEL DAN SASHA , adalah jenis tari kreasi baru dalam festival lomba porseni TK tingkat kecamatan tahun 2011 yang sudah di laksanakan pada bulan April  yang lalu mendapat peringkat I ( satu ) dan mewakili kec kajen untuk ikut di tingkat kabupaten pekalongan, dan alhamdulillah mendapat peringkat I ( satu )untuk tingkat Kabupaten Pekalongan,  dan ketika di tingkat propinsi kami harus mengakui keunggulan dari propinsi lain alias belum beruntung untuk mendapatkan peringkat. Sedangkan kegiatan lain  yang merupakan hasil festival porseni anak TK  adalah LOMBA BERCERITA ANAK oleh Ananda EUNIKE APRILIANTI ALIFFENTIA, dalam kegiatan ini di tingkat kecamatan mendapatkan peringkat I( satu ) dan di tingkat Kabupaten kami mendapat peringkat II ( dua ).

INILAH GAMBAR-GAMBAR YANG BERCERITA DALAM KEGIATAN PENTAS SENI TERSEBUT !


Dekorasi panggung bergaya rumah minimalis yang di bangun oleh "arsitek " 
Bpk Azir cs

tari topi oleh anak-anak kelompok A




bunda Anik dan Bunda Misda berperan sebagai MC

Bpk Masturi, S.Pd, selaku Kepala TK Negeri Pembina Kabupaten Pekalongan
sedang memberikan sambutan



suasana kegiatan berlangsung anak -anak dan tamu undangan



 




Tari topi di tampilkan oleh anak-anak kelompok A



Tari Bebek Ditampilkan oleh anak-anak kelompok B






Tari mentok di tampilkan oleh anak-anak
kelompok B






Tari Aku Anak Indonesia




Tari Jaranan di tampilkan oleh kelompok B





Sambutan Orang tua murid di wakili
oleh Ibunda Nike





Tari Aku Anak Indonesia




Sambutan dari UPT Dinas Pendidikan yang di wakili oleh Ibu Parminiyati, S.Pd.





Ananda Nike Sedang berunjuk kebolehannya dalam bercerita oleh anak  dengan judul " LESTRIKAN HUTAN KITA"


Penyerahan kenang-kenangan dari anak didik kelompok B kepada TK Negeri Pembina Kab. Pekalongan






Foto bersama dan koor lagu " terima kasih guru"




Baca syair oleh nanda vidi dan nanda naysha





 Foto bersama model-model cilik yang potensial ...! 






                                                                                                                                                                                                                                                                                    







Jumat, 03 Juni 2011

sebuah kisah



 
Bila Anak Mulai Bisa Berbohong

Pada suatu hari dua orang kakak beradik sedang bermain di dalam rumah. Mereka berlari kesana kemari sambil tertawa dengan riang gembira. Tiba-tiba terdengar suara,”prrang!!!”. Sebuah piring jatuh dari atas meja. Lalu sang Mama bertanya dengan nada marah,”Siapa yang menyenggolnya!!!?” Dua orang kakak beradik itu tidak ada yang mau mengaku. Bahkan mereka berdua menuduh satu sama lain, dan tidak ada yang mau mengalah. Akhirnya, sang Mama pun menghukum mereka berdua dengan tidak memberikan uang saku, sebagai ganti piring yang pecah tadi.
Menghadapi anak yang sudah mulai bisa berbohong memang tidak mudah. Banyak orang tua dibuat cemas dalam menghadapi anak yang suka berbohong seperti ini. Tidak jarang mereka lari ke seorang psikiater untuk “menyembuhkan” sang anak. Saya akan memberikan beberapa tips, untuk mengatasi anak yang sudah mulai bisa berbohong.
 
1. Menjadi Teladan Kejujuran
Kebohongan yang dilakukan oleh seorang anak tentu ada sebabnya. Bila itu mulai terjadi pada diri buah hati kita, yang pertama kita lakukan adalah mencari sebab dari kebohongan yang dilakukan oleh buah hati kita. Dan marilah kita mencoba merenungkan pada diri kita sendiri. Apakah kita pernah mengajarkan kebohongan? Kita mungkin merasa tidak pernah mengajarkan hal yang tidak baik kepada buah hati kita. Namun pernahkah kita misalnya mengatakan,”Dek, nanti kalau ada temen Mama yang telfon, bilang Mama sedang pergi ya…. “ Padahal sang Mama tidak pergi kemana-mana. Dari kasus di atas kita sama dengan mengajarkan anak berbohong, walaupun secara tidak sadar. Kita telah membuat anak berpikir kalau berbohong itu tidak apa-apa, karena kita yang seharusnya jadi teladan, mengajarkan hal yang demikian.

2. Mengajarkan Nilai Kejujuran dan Buruknya kebohongan
Ada banyak cara mengajarkan nilai kejujuran kepada sang buah hati. Kita bisa mengajarkannya dengan cara mengajarkan lagu yang memiliki pesan tentang nilai kejujuran, atau mendongengkan anak tentang cerita yang memiliki pesan tentang nilai kejujuran. Kita juga bisa juga mengambil cerita-cerita dari buku-buku agama, khususnya yang diperuntukkan bagi anak-anak. Atau bisa juga menamkan nilai kejujuran dengan berkata,”Berbohong itu dosa”, “Allah menyayangi anak yang jujur”, “Mama sedih kalau adek berbohong….”, dan masih banyak lagi. Cukup kata-kata yang singkat saja, namun bisa memberikan alasan yang kuat mengapa berbohong itu tidak baik.

3. Mengajarkan Kesederhanaan dan Rasa Bersyukur
Tidak hanya orang dewasa, anak kecil pun mempunyai gengsi. Biasanya semakin besar gengsi orang tua, gengsi anak pun demikian juga. Dan biasanya, anak yang memiliki gengsi yang tinggi lebih sering berbohong. Terutama di hadapan teman-teman mereka. Misalnya, pada saat ada salah satu temannya yang bercerita, “Aku punya mainan Ben Ten yang terbaru lho…. “. Lalu si kecil menjawab,”Aku juga punya. Aku malah punya yang lebih besar dari punyamu.” Padahal kita tidak pernah membelikan mainan seperti yang anak kita ceritakan kepada temannya itu. Hal itu dilakukan oleh sang buah hati, karena dia ingin dipuji dan sadar atau tidak sadar agar gengsinya tidak “turun”. Maka dalam hal ini, kita sebagai orang tua, harus bisa memberikan pelajaran kepada si kecil akan indahnya kesederhanaan dan rasa bersykur. Tanamkanlah di dalam hati anak akan nilai-nilai kesederhanaan dan rasa syukur mulai dari diri kita sendiri. Misalnya, dengan membeli baju yang terlalu mahal, menghindari belanja barang-barang yang tidak penting, menjauhi gaya hidup konsumtif, tidak banyak mengeluh di hadapan anak-anak, lebih banyak bersyukur meski dalam keadaan yang sulit. Hal ini akan memberikan motivasi tersendiri bagi sang buah hati untuk tumbuh menjadi anak yang jujur. 

4. Menghindari Marah Yang Tidak Perlu dan Tidak Pada tempatnya.
Adakalanya kita marah, ada kalanya kita lembut kepada anak. Namun jangan sampai kita selalu marah, di saat buah hati kita melakukan kesalahan. Karena anak yang terlalu sering dimarahi, biasanya juga akan cenderung suka berbohong. Untuk apa? Masih berhubungan dengan gengsi anak tadi, yaitu agar dia tidak dimarahi oleh oleh orang tuanya. Maka dari itu, hindarilah marah yang tidak perlu. Sebagai orang tua, seharusnya kita lebih bisa bersikap dewasa dalam mencari akar pemasalahan, bukan langsung menghakimi dengan kemarahan. Setelah akar permasalahan ditemukan, kita bisa memberikan nasihat-nasihat yang positif. Karena di dalam keadaan “tenang” sang anak lebih bisa menerima nasihat. Selain itu kita juga harus menghindari memarahi anak di depan umum, terutama di depan teman-temannya. Karena sang anak akan merasa harga dirinya “diinjak-injak.” 

5. Menanamkan Rasa Percaya Diri Yang Kuat
Bila anak mulai melakukan kesalahan, sebaiknya kita lebih banyak memberikan motivasi kepada anak untuk melakukan hal-hal yang baik. Misalnya, “Lain kali lebih berhati-hati ya…, Lain kali jangan lari-lari di dalam rumah…. Kalau Adek rajin belajar, pasti bisa dapet nilai bagus…. Setiap orang pasti pernah salah, jadi belajarlah dari kesalahan…. “ Masih banyak kata-kata motivasi yang lain yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Rasa percaya diri juga bisa kita tanamkan dalam bentuk pujian-pujian kepada sang anak.

6. Menjaga Kepercayaan Anak Kepada Orang tua
Seperti di dunia kerja, kepercayaan adalah mahal harganya. Bila kita bisa menjaga kepercayaan dengan teman-teman dan bos kita, maka kita pun akan semakin baik dalam berkarir. Namun bila kepercayaan itu sudah tidak ada, maka hancurlah karir kita di tempat kita bekerja. Maka dari itu, jagalah kepercayaan antara diri kita dengan sang buah hati.Kita jangan hanya menuntut anak menjadi “orang kepercayaan” kita, namun sang anak pun sebenarnya juga menginginkan hal yang sama. Untuk menjaga kepercayaan anak kepada kita, kita harus bisa menjaga privasi anak, misalnya untuk tidak mengatakan keburukan-keburukan anak kepada orang lain, terutama di hadapan sang buah hati. Bila sang anak tahu kalau orang tuanya sering menjelek-jelekkan dirinya di hadapan orang lain, sang anak pun akan merasa gengsinya turun. Dan hal ini bisa memicu anak untuk melakukan kebohongan-kebohongan demi meningkatkan “nama baik”.

7. Berfantasi tidak sama dengan berbohong
Kadang buah hati kita bercerita hal-hal yang tidak mungkin dan tidak nyata. Namun kita tidak usah khawatir dalam hal ini, karena berfantasi adalah hal yang wajar dialami oleh seorang anak. Jadi jangan sampai kita memvonis anak sebagai pembohong bila menghadapi hal ini. Jangan sampai kita membatasi fantasi anak karena kita telah memvonis anak sebagai pembohong dan membuatnya tertekan. Kita harus bisa menghadapi dengan wajar dan mengarahkan fantasi itu ke arah yang baik.

SALAM CINTA LAGU ANAK
Karya Kak Zepe, lagu2anak.blogspot.com