Jalan Lapangan Nasional Kajen Kab. Pekalongan

SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI
KALAU TAK KENAL MAKA TAK SAYANG

JL. Lapangan Nasional Kajen
Kabupaten Pekalongan


Rabu, 13 Juli 2011

MENGATASI ANAK KERAS KEPALA

Rabu, 13 Juli 2011




MENGATASI ANAK  KERAS KEPALA

Beberapa orang tua mengeluh tentang sifat anaknya yang keras kepala. Mereka bingung bagaimana cara menasihati mereka. Bila dilarang untuk melakukan sesuatu mereka akan mengamuk, atau bahkan melawan. Ada beberapa tips yang dapat di lakukan untuk mengatasi anak yang keras kepala.



1. Lihat diri kita
Kadang kita tidak menyadari bila buah hati kita memiliki hati yang keras, salah satu sebabnya adalah diri kita sendiri. Bila kita memiliki hati yang keras, sukar dinasihati, tentu saja secara tidak langsung itu juga akan menular pada diri buah hati kita. Bayangkan saja, pada saat anda dinasihati oleh orang tua anda, anda malah melawan, dan tidak mematuhinya. Atau pada saat pasangan kita menasihati kita, kita malah asyik nonton TV, dan tidak memperhatikannya. Bila setiap hari buah hati kita melihat hal ini, tentu lama kelamaan buah hati kita akan menirunya. Bila kita saat ini terlalu sombong, marilah kita merendahkan hati kita. Bila kita kurang mau mendengarkan orang lain, maka marilah kita mulai saat ini belajar mendengarkan. Supaya kita pun juga akan semakin mengerti segala kebutuhan buah hati kita, dengan mau dan menyediakan waktu untuk buah hati kita.

2. Ada ”Kebutuhan” yang Tidak Terpenuhi
Hal ini mungkin salah satu buah dari sikap kita yang kurang mau mendengarkan dan mengeraskan hati. Sifat tersebut bisa berimbas pada tidak terpenuhinya kebutuhan sang buah hati. Kebutuhan seorang anak sebenarnya tidak banyak. Mereka menginginkan perhatian dan kasih sayang kita sebagai orang tua. Kasih sayang dan perhatian yang cukup akan meminimalisir kebutuhan anak-anak pada “materi”. Jadi kalau anak mulai minta ini itu, mudah merengek, dan cepat bosan terhadap apa yang dia beli, itu sebenarnya sebagai ungkapan atau pengaruh dari adanya bagian hati mereka yang kosong. Dan sebenarnya bagian hati yang kosong tersebut hanya bisa diisi dengan kasih sayang dan kehangatan yang ada di dalam sebuah keluarga.


3. Salurkan Hobinya
Setiap anak tentu memiliki bakat dan minat yang berbeda. Sebagai orang tua yang cermat, kita harus mengerti tentang hal ini. Misalnya bila buah hati kita suka mencoret-coret di atas kertas, mulailah mencoba memasukkan buah hati kita pada sanggar-sanggar melukis. Anak-anak yang normal, biasanya memiliki “kelebihan tenaga”. Itulah kenapa kita sering melihat anak-anak susah untuk diam. Dia akan selalu bergerak, dan mencari keasyikan yang bisa dia lakukan. Jadi arahkanlah “sisa tenaga” yang ada di dalam diri sang buah hati. Hal ini akan sangat bermanfaat supaya emosi mereka bisa diarahkan kepada hal-hal yang positif. Hal ini akan sangat mengurangi pengaruh-pengaruh negative dari luar yang bisa menyebabkan mereka gampang marah, gampang merasa bosan, gampang sedih, dan sifat-sifat negative lainnya.

4. Jadilah orang tua yang bijak
Kebijakan orang tua sangat bergantung pada kepekaan orang tua pada buah hatinya. Orang tua yang bijak selalu berusaha melakukan yang terbaik dan memberikan pilihan terbaik kepada sang buah hati. Yang terbaik bagi anak, kadang bukanlah yang terbaik bagi orang tua. Disinilah terkadang kita temukan kesalahpahaman antara orang tua dan anak. Agar pilihan orang tua dan anak bisa selaras, perlu sekali adanya komunikasi yang intens. Disinilah waktu anda sangat dibutuhkan. Bukan banyaknya waktu yang anda berikan kepada anak, melainkan kualitas kebersamaan anda pada anak. Agar kesehatian antara orang tua dan anak bisa terjaga, kita bisa melakukan komunikasi dari hati kehati, dan tentunya tidak harus dalam suasana yang serius. Kita bisa melakukannya dengan sering-sering menelepon buah hati kita, sharing pada saat makan bersama, melakukan kegiatan bersama (seperti membersihkan rumah bersama), dan masih banyak hal lain yang bisa kita lakukan. Dari kedekatan inilah, anda akan semakin memahami buah hati anda. Sehingga pemikiran kita dengan sang buah hati kita pun bisa menyatu, dan meminimalisir kesalahpahaman yang biasanya terjadi karena adanya “batas” antara orang tua dan anak. Dan dari kedekatan inilah, anda bisa menasihati anak dengan bijak.

5. Tidak Mempermalukan Anak di Depan Umum
Kadang ada orang tua yang “tidak tahu tempat” saat menasihati anak. Sudah di tempat umun, dengan suara keras,”Kamu ini bisa nggak sih?!!” Saat menasihati anak, akan lebih baik bila kita menasihatinya di tempat yang rahasia dan dengan suara lembut. Jangan memberikan larangan, melainkan himbauan. Jangan berkata,”Kamu tidak boleh menggambari di tembok”. Tetapi..”Kalau kamu suka menggambar besok Papa belikan buku gambar yang besar.” Mengharapkan anak berubah dengan mempermalukan mereka di tempat umum bukanlah cara menasihati yang baik. Karena pada saat itu juga, kita sudah mengajarkan kepada anak kalau mempermalukan orang lain di tempat umum adalah sesuatu yang “halal”.

6. Tidak Memaksa
Bila saya boleh bertanya pada anda,”Maukah anda dipaksa melakukan sesuatu meskipun itu adalah sesuatu hal yang anda suka?” Saya sendiri pernah dipaksa teman saya memakan Pizza di rumahnya, namun dengan nada yang tidak mengenakkan dan “seperti bos”. Tidak tahu kenapa, Pizza yang merupakan salah satu makanan favorit saya menjadi seperti sulit untuk ditelan. Begitulah yang terjadi pada buah hati kita. Kita harus belajar mengatakan sesuatu kepada buah hati kita dengan lembut tanpa ada unsur pemaksaan. Kita harus belajar mengajak daripada menyuruh. Kenapa? Karena menyuruh berarti meminta seseorang melakukan sesuatu dan itu harus dilakukan sedangkan kita sendiri tidak mau melakukan hal yang sama. Sedangkan mengajak, adalah meminta seseorang melakukan sesuatu dan mau menjadi satu dengan orang yang kita minta dengan prinsip kebersamaan.

7. Saat Yang Tepat Saat menasihati
Pernahkan anda diajak makan pada saat anda masih merasa sangat kenyang? Pernahkan anda diajak temen jalan-jalan, pada saat anda dalam kondisi sangat lelah? Nah… “Timing” adalah sesuatu yang penting dan perlu kita perhatikan pada saat kita hendak menasihati buah hati kita. Pilihlah saat yang tepat dimana kita bisa mentransfer “ilmu moral” kita kepada buah hati kita, tanpa dia merasa terpaksa. Dan tentu saja hal ini masih sangat berhubungan dengan tips nomor 4. Contohnya adalah dengan mengajak sang buah hati untuk jalan-jalan. Setelah dia merasa senang, dan merasa lapar, anda bisa mengajak makan bersama. Dan pada saat itulah anda bisa mengobrol dan mengatakan harapan-harapan anda pada sang buah hati. Misalnya dengan mengatakan,”Mama suka kalau kamu berdandan rapi. Kamu kelihatan cantik sekali.” Atau dengan memujinya,”Wah… Anak mama sudah besar dan tambah dewasa, sudah bisa makan sendiri.” Dengan pancingan-pancingan seperti itu, biasanya anak akan menjadi lebih tertarik untuk mau mendengarkan nasihat anda, sehingga untuk kedepannya mereka pun bisa berubah sedikit demi sedikit.

Karya Kak Zepe, lagu2anak.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar